Nov 7, 2011

Metamorfosis Kafka : Ingatan Masa Lalu Atas Otoritarian Negara, Keluarga, dan Ayah




 Mulanya saya ragu menyelesaikan novel Metamorfosis karya Franz Kafka terbitan Homerian Pustaka 2008.  Setelah setaun memiliki buku itu pemberian teman, beberapa kali  saya gagal membaca sampai selesai. Kali ini berkat rasa penasaran saya menyelesaikan dengan  penuh kesabaran dan kecemasan. Saya bertanya-tanya bagaimana kisah akhir Gregor (tokoh utama novel) dan apakah saya mendapat jawaban mengapa tiba-tiba Gregor menemui dirinya di kamar dengan berubah menjadi seeokor kutu besar?

Jika kita membaca sekilas, novel Metamorfosis banyak menggunakan unsur simbolik walaupun dengan kisah yang sederhana yaitu tentang kehidupan  keluarga kecil Tuan Samsa yang terdiri dari ayah (Mr Samsa), ibu (Ny Samsa), anak lelaki (Gregor) dan anak perempuan (Grete).  Kehidupan keluarga Samsa berada pada rutinitas yang membosankan. Tuan Samsa menemui hari tuanya dengan tumpukan hutang akibat usahanya yang bangkrut lima tahun lalu. Nyonya Samsa, perempuan tua  yang mengidap penyakit asma. Grete adik perempuan Gregor yang senang bermain biola dan Gregor anak lelaki si tulang punggung keluarga. Kafka menyinggung persoalan manusia modern yang dituntut mengejar kebutuhan hidupnya dengan rutinitas bekerja serta persoalan egoisitas manusia.

Tokoh utama novel, Gregor adalah seorang salesman produk kain yang setiap hari mengejar kereta paling pagi di jam 05.00. Ia harus menjalankan pekerjaan yang sebenanrnya tidak ia sukai paling tidak lima sampai enam tahun ke depan agar ia bisa melunasi hutang orangtuanya dan mengirim adiknya ke sekolah musik. Itu dulu. Sebelum Gregor menemui dirinya berubah menjadi seekor kutu besar yang menjijikkan. Perubahannya menjadi kutu besar telah memisahkan kehidupan masa lalunya sebagai manusia. Di pagi yang sama ia pun kehilangan pekerjaannya, menjadi asing dengan kamarnya dan dianggap sebagai parasit yang memalukan bagi keluarganya.  Itu bukan mimpi buruk! Tapi kenyataan yang harus dihadapi Gregor. Akhirnya, ia pun mulai beradaptasi dengan tubuhnya. Hingga sebulan ia terpenjara di kamarnya. Keluarga yang mengabaikan. Ibunya yang sempat pingsan melihatnya, ayahnya yang melemparinya dengan apel busuk hingga bagian tubuhnya luka, dan adiknya yang tiap hari dapat tugas memberikan makan dan membukakan jendela kamarnya. Perlakuan adiknya sedikit menghibur walaupun setiap kali adiknya masuk ke kamar, Gregor si kutu besar harus menutup tubuhnya dengan seprei dan bersembunyi di bawah sofa. Semua menjadi lain terutama persoalan keuangan keluarga yang makin sekarat.

Dalam beberapa bagian, saya menangkap novel Metamorfosis menjadi sebuah curahan Kafka dalam melihat kediktatoran sebuah negara, sebuah keluarga dan seorang ayah yang banyak mengambil keputusan dalam keluarga.  Jika benar karya sastra tidak jauh dari kehidupan pengarang dan kondisi sosialnya, ini pun yang terlihat dalam karya Kafka. Masa kecil Kafka berada di bawah bendera Nazi yang saat itu berkuasa di Jerman.  Pecahnya perang dunia pertama pada pertengahan tahun 1914 memberi pengaruh terhadap karya Metamorfosis. Pada Tahun 1919 pun dia sempat menulis sebuah biografi yang dirahasiakan berjudul "Surat untuk Ayah" (Brief an den Vater), sebagai sebuah tanda betapa sulitnya seorang anak yang sensitif hidup diantara kekuasaan Ayahnya yang diktatoris, kokoh pendirian, dengan ibunya yang sentimental dan penuh kasih sayang. Surat itu menandakan sebuah kesulitan hidup Kafka dengan kekuasaan Ayahnya yang berlebihan, sehingga Kafka berusaha membuat sebuah kebenaran dalam kebimbangannnya pada sebuah pembelaan dirinya dengan peka. 

Ini pun dimunculkan dalam karya Metamorfosis dimana Gregor hidup dalam  ke-otoritarian; atas perlakuan Kepala Pegawai di kantornya, atas sikap keluarga dan ayahnya yang membuat ia  tidak pernah mengeluh atas pekerjaan yang sebenarnya sangat tidak ia sukai; sebagai salesman!. Sikap ayahnya yang sangat keras dimunculkan saat melarang ibunya Gregor yang berkali-kali memaksa ingin masuk kamar Gregor dan adiknya yang selalu sembunyi-sembunyi beramain biola. Rutinitas yang memuakkan tentu saja harus tetap dijalani oleh Gregor. Tapi apa yang ia dapat? Ia dikucilkan bahkan dilupakan ketika dirinya berubah menjadi kutu besar. Ketika Gregor berubah wujud, begitu cepat keluarganya melupakan jasa Gregor yang telah menjadi tulang punggung perekonomian keluarganya. Gregor kini dianggapnya sebagai parasit dalam keluarga, padahal sebelumnya keluarga Gregorlah yang menjadi parasit dalam hidup Gregor.

Betapa egoisnya manusia! Sekalipun mereka adalah orang-orang dekat yang mencintai dan dicintai.

Kisah Gregor dalam Metamorfosis karya Franz Kafka- menurut W.H Auden menjadi salah satu karya yang paling banyak dibaca dan berpengaruh sepanjang abad 20. Tentu saja kisah ini bisa diinterpretasikan dari berbagai sisi  dengan kontekstual dalam problema manusia saat ini. Memang Kafka memberikan contoh esktrim dengan mengubah Gregor menjadi binatang (Kutu Besar).  Namun, si kutu besar hanyalah simbol yang  bebas dimaknai dalam bentuk apapun.  Semisal kutu besar bisa disimbolkan menjadi perubahan yang lain seperti kehilangan pekerjaan, cacat akibat kecelakaan, bahkan keputusasaan yang menyebabkan sakit jiwa. Mungkin dalam posisi itulah kita menjadi seperti Gregor. Dari sosok yang diandalkan, dibutuhkan, dan tiba-tiba menjadi pribadi yang diasingkan, dibenci, karena tak lagi sesuai dengan harapan orang-orang yang sebelumnya mengasihi kita.

No comments:

Post a Comment