Dec 14, 2011

BUMI SEMAKIN BERKARAT, NEGARA PUN MELARAT

Oleh: Laras Maharani

Salam hangat untuk Sahabat Terang Sore.

Pada tanggal 11 Desember 2011 kemarin, Terang Sore mengadakan ngobrol asyik dengan tema “Bagaimana Mental Manusia Memicu Krisis Pangan dan Air” yang bekerjasama dengan teman-teman KOMPLEET (Komunitas Peduli Gunung Slamet) di Kedai Telapak, Pabuaran. Mas Kuncung, selaku pembicara, berhasil menciptakan atmosphere seru dan menyenangkan selama acara ngobrol asyik berlangsung. Bahkan, waktu ngobrol asyik yang dimulai pukul 15.00 dan seharusnya berhenti di pukul 16.30, menjadi ‘molor’ hingga pukul 17.30 saking tidak terasanya waktu cepat berlalu. Padahal bocah-bocah Terang Sore serta audience lain yang kebanyakan dari teman-teman Bio Explorer masih tetap semangat ber’gossip’ dan bertanya hingga maghrib menjelang.

Mas Kuncung membuka acara ngobrol asyik dengan berkata, “Kemenangan gerakan lingkungan adalah kemenangan bagi semua. Namun sebaliknya, kekalahan gerakan lingkungan adalah kehancuran kita semua.” Tentu saja ucapan Mas Kuncung tersebut seharusnya kita resapi dan sadari, apalagi melihat kita yang sekarang ini selalu berhadapan dengan para raksasa (negara korporat) dan batas waktu, maka mulailah dari apa yang ada, bukan apa yang seharusnya ada.
          Faktanya, bumi yang tak terawat dan semakin rusak ditandai dengan:
1.     Hampir 1 miliyar galon minyak tumpah ke permukaan bumi akibat kecelakaan lingkungan,
2.     Atmosfer kita dipenuhi oleh hampir 1 juta ton bahan kimia beracun, seperti sulfur oksida, logam berat, karbon monoksida, dan lain sebagainya,
3.     Hutan alam di permukaan bumi yang tersisa hanya tinggal 8 persen,
4.     Sekitar dua pertiga keragaman hayati di dunia sudah punah,
5.     Suhu bumi rata-rata naik 0,3 – 0,6 derajat Celcius,
6.     Permukaan laut rata-rata naik sekitar 10-25 cm,
7.     Tahun 2003 AS mengalami 562 tornado, di Filipina intensitasnya meningkat 2 kali dan tahun 2004 badai tropis untuk yang pertama kalinya melanda atlantik selatan,
8.     Gelombang panas berulang kali melanda berbagai negara (Cina, Prancis, Jepang, India, dll) Diperkirakan 80 Orang Tewas akibat Gelombang Panas terburuk di Bangladesh dalam beberapa dekade terakhir,
9.     Kekeringan terparah dalam 50 tahun terakhir melanda Amazon. Sungai yang bermeter-meter kedalamannya pada saat itu dapat dilintasi dengan berjalan kaki.

Selain itu perlu peningkatan produksi pertanian karena adanya ketimpangan antara tingkat populasi manusia di dunia dengan jumlah orang yang diberikan makan. Pada tahun 1950 dengan populasi manusia sebanyak 2,5 milyar dapat memberi makan bagi dua orang (per hektar), lalu di tahun 2005 dengan semakin bertambahnya populasi manusia sebanyak 6,5 milyar, maka semakin bertambah pula pemberian makannya yaitu menjadi lebih dari empat orang (per hektar). Dan yang lebih parahnya lagi, diperkirakan pada tahun 2030 populasi manusia akan terus meningkat menjadi 8 milyar dan pastinya asupan makanan meningkat lagi menjadi lima orang per hektarnya. Oleh karena itu, jika kita tidak menjaga sumber daya alam kita dengan baik, yang ada keadaan bumi akan semakin berkarat, hutang negara berlimpah, dan negara pasti melarat.
Sekitar 5 negara terkaya di dunia menggunakan lebih dari setengah dari sumber-sumber energi yang ada di dunia, sedangkan lebih dari 20 negara (yang jelas : yang miskin) hanya mengkonsumsi 4 % energi. 86% sumber daya dan berbagai produk peradaban yang ada saat ini dikonsumsi oleh 20% populasi dunia yang hidup kaya di negara utara. Meskipun, negara utara yang hanya berpenduduk sekitar dari sepersepuluh penduduk dunia juga memberikan kontribusi pada efek rumah kaca sebesar 55%. Namun tetap saja kemiskinan terjadi di dua pertiga permukaan bumi dan lebih dari 3 milyar manusia sangat terbatas aksesnya atas air bersih dan pangan.  
Lalu apa yang negara utara berikan kepada kita? Memang, mereka memberikan TEKNOLOGI pembasmi hama yang luar biasa, akan tetapi kemampuan membunuh dan kerusakan yang dihasilkannya. Hal ini tercermin dari kebijakan Pemerintah AS untuk melarang penggunaan 12 jenis pestisida di AS sendiri, tetapi justru mengekspornya ke negara dunia ketiga. Indonesia sendiri mendapat bantuan (baca : hutang) senilai 1 juta USD antara tahun 1969-1974 untuk pembelian pestisida dari AS, yang di AS sendiri sebenarnya dilarang. Itulah salah satu instrumen penting dalam jebakan ketergantungan ekonomi negara selatan pada negara utara yang berimbas pada lemahnya kedaulatan politik negara selatan.
Pestisida + pupuk kimia + GMO/hybrid seeds dapat menyebabkan meledaknya angka penderita kanker, peningkatan serangan hama pertanian, kerusakan ekosistem, kerusakan sumber daya, dan ekonomi pertanian. Faktanya yang terjadi adalah pada tahun 1979-1983, di Indonesia lebih dari 1000 kejadian keracunan pestisida, sebagian bahkan sampai mengalami kematian à tahun1984 Indonesia mendapat penghargaan karena berhasil mencapai surplus produksi beras sebesar 396 ribu ton à tahun 1986 Indonesia mulai harus mengimpor beras à tahun 2004 impor beras mencapai kisaran antara 2 hingga 3 juta ton pertahun à dan di tahun 2006 harga beras melonjak, kegagalan panen meningkat, dan kemiskinan meningkat.
China dan India sebagai produsen utama beras berkontribusi 54%. Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5% atau 51 juta ton. Vietnam dan Thailand yang secara tradisional merupakan negara eksportir beras hanya berkontribusi 5,4% dan 3,9%. Sedangkan Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia yaitu sebanyak 154 kg / orang / tahun. Bandingkan dengan Thailand yang hanya mengkonsumsi beras sebanyak 100 kg, Philppine 100 kg, China 90 kg, dan India 74 kg. Selain itu, Indonesia juga masih mengimpor komoditas pangan lainnya, seperti kedelai 45%, garam 50%, susu 70%.
Menurut WALHI, hutan Indonesia hilang dan rusak dengan kecepatan 3,8 juta hektar per tahun atau 7,2 hektar per menit menyisakan kurang dari 19% hutan di Jawa. Kekeringan parah juga melanda Klaten. Bahkan petani yang menanam padi diwajibkan mengajukan izin ke Pemkab Malang. Padahal wilayah Indonesia memiliki 6% persediaan air dunia atau 21 persen air Asia-Pasifik. Selain itu kadar CO dan PM di jalan-jalan raya Jakarta terutama pada pagi hari dan sore hari, khususnya di jam-jam sibuk sudah melebihi kadar ambang batasnya. Maka dari itu, pada tahun 2004 menunjukkan 1/3 angka kematian di Jakarta disebabkan penyakit yang ada kaitannya dengan pencemaran udara.
Lalu bagaimana dengan lingkungan di Banyumas sendiri? Penurunan produksi beras Banyumas, turunnya pendapatan petani, hilangnya ketahanan dan kemandirian masyarakat dalam penyediaan air bersih akibat buruknya kondisi air tanah dikarenakan lahan pertanian yang sebelumnya produktif menjadi tidak produktif. Hal ini mendorong petani untuk menjual lahannya. Akan tetapi, penjualan lahan petani ini sebenarnya semakin menambah buruk kondisi lingkungan karena lahan yang dijual ini kemudian cenderung dikonversi menjadi lahan non pertanian.
Jika dalam 10 tahun ke depan tidak ada perubahan dalam pengelolaan lingkungan di Banyumas dan sekitarnya, maka yang diperkirakan akan terjadi adalah:
         Kerusakan sumber daya air, lebih dari 80% air permukaan (danau, sungai, mata air, dsb) akan turun kualitasnya oleh pencemaran (limbah kimia-fisika-biologi dari pertanian, industri dan limbah domestik).
         Susutnya pasokan air bersih di musim kemarau hingga lebih dari 50% dari pasokan normalnya.
         Peningkatan intensitas serangan hama dan penyakit pertanian hingga 2 kali lipat kondisi pada dekade 1998 – 2008.
         Sepertiga wilayah kabupaten Banyumas akan menjadi tidak menyehatkan manusia.
         Tiga perempat lahan pertanian di Kabupaten Banyumas akan turun kesuburan alamiahnya hingga tingkat bergantung total pada asupan kesuburan buatan.
         Peningkatan serangan kanker, stroke, dan turunnya daya tahan tubuh pada kisaran kejadian antara satu setengah hingga tiga kali lipat kasus pada dekade 1998 – 2008.

Maka dari itu, sudah menjadi tugas kita sebagai bocah-bocah bersemangat muda membangun dunia menjadi lebih indah nan cantik dan membersihkan bumi dari segala kotoran. Dimulailah dari sekarang, kawan. Percayalah.

1 comment: