Jan 29, 2012

Children Sharpening The Knives

oleh: Ade Yulia

Ini buku kumpulan cerpen yang tidak biasa. Ketika pertama aku membaca judulnya, terlintas kalimat dipikiranku, ‘sepertinya ceritanya sadis’. Bahkan beberapa teman, memicingkan mata, bertanya kenapa aku memilih buku yang judulnya horor. Namun, aku tahu, Triyanto Triwikromo, bukanlah seorang penulis dengan gaya yang biasa. Kisahnya selalu fantastis. Teringatku dengan judul bukunya yang lain, Ular di Mangkuk Nabi. Hanya membaca judul buku-bukunya saja membuat imajinasiku melanglang buana.

Dan benar saja, Buku Children Sharpening the Knives, amat fantastis. Ada sentuhan magis, dramatis, dan memang agak sadis. Salah satu cerita di dalamnya, mengisahkan kehidupan keluarga kecil yang hidup di belakang stasiun Tawang, Semarang. Dimana seorang anak perempuan, hidup dalam keluarga pelacur. Melihat dengan mata polosnya, ibu dan kakak perempuannya berdandan ketika malam tiba. Bersiap melayani tamu-tamu yang hinggap bergantian. Ada kepolosan, pergolakan batin, hingga kenyataan pahit yang bertaut dengan kekerasan.


Pada dasarnya, kisah yang dituliskan oleh Triyanto adalah drama kehidupan sehari-hari. Hanya saja, ditulis dengan perumpamaan-perumpaan aneh yang membuat pembaca seakan diseret ke dunia imajiner miliknya. Justru pilihan katanya yang ‘ganjil’ dan plot yang rumit, menjadi kekuatan tulisan Triyanto, sekaligus pembeda dengan penulis lainnya. Jalan ceritanya tak pernah disajikan secara datar. Namun, akan selalu ada kejutan. Yang membuatku tersenyum, berdecak miris, atau bahkan geleng-geleng kepala. Unik dan penuh intrik.

Kisah ‘Anak-anak Mengasah Pisau’ bahkan diangkat ke sinetron oleh sutradara Dedi Setiadi. Yahh, meski mungkin bagi beberapa teman, tulisan Triyanto ini agak sulit dipahami dan membuat kening berkerut-kerut. Tapi tetap bagiku, buku Children Sharpening the Knives ini kurekomendasikan bagi kalian, yang ingin terseret ke dalam dunia imajiner yang fantastis. Sergeralah membaca!

1 comment:

  1. mengutip

    "Dan benar saja, Buku Children Sharpening the Knives, amat fantastis. Ada sentuhan magis, dramatis, dan memang agak sadis. Salah satu cerita di dalamnya, mengisahkan kehidupan keluarga kecil yang hidup di belakang stasiun Tawang, Semarang. Dimana seorang anak perempuan, hidup dalam keluarga pelacur. Melihat dengan mata polosnya, ibu dan kakak perempuannya berdandan ketika malam tiba. Bersiap melayani tamu-tamu yang hinggap bergantian. Ada kepolosan, pergolakan batin, hingga kenyataan pahit yang bertaut dengan kekerasan."

    janji resensinya di paragraf ke-2 begitu megah, tapi kok tidak terbahas di paragraf selebihnya ya???

    ReplyDelete