Feb 23, 2012

THE MAGIC OF PICTURES

oleh : Laras Maharani

Aku suka benda ini. Bentuknya yang sederhana namun berwarna membuatku ‘ketagihan’ untuk memilikinya. Membawanya pun bukanlah suatu hal yang merepotkan. Kita dapat menaruhnya di dompet, menyelipkannya di buku, menempelkannya di kulkas, steroform, lemari, bahkan kita dapat mempercantik dengan menaruh bingkai di sekitarnya. Ukurannya pun berbeda-beda. Ada yang kecil, ada yang ukuran sedang, bahkan ada pula yang berukuran sangat besar, tergantung keinginan si pemiliknya. Dan seiring perkembangan zaman, kecanggihan teknologi telah melahirkan berbagai macam pembaharuan pada benda ini, baik dari segi bentuknya maupun warnanya. Pada awalnya benda ini hanya tersedia dalam warna hitam putih, namun sekarang ia sudah berevolusi menjadi lebih bervariasi dalam warna dan lebih tajam gambarnya. Bahkan tanpa perlu dicetak, kita bisa menyimpan benda ini dalam bentuk digital.   


Lalu yang jadi pertanyaan, siapakah dia? Ya betul sekali, dia adalah FOTO. Aku yakin hampir semua orang memiliki benda ini. Apalagi untuk orang yang narsis seperti aku, foto sudah seperti benda wajib yang harus dimiliki dan dipajang sesuka hati. Rasanya lucu bisa melihat ekspresi diri kita sendiri di dalamnya. Foto bersama teman, sahabat, keluarga, pacar, hewan peliharaan, semuanya lengkap dikoleksi. Foto seolah-olah dapat mengembalikan momen yang telah terjadi di masa lampau. Itulah mengapa aku suka sekali menyimpannya. Buatku, kesenangan menyimpan foto bukan hanya terletak pada fokus atau ketajaman warnanya, akan tetapi pada cerita yang terkandung di dalamnya. Foto bukanlah benda mati yang benar-benar mati, buktinya ia dapat bercerita dan memainkan imajinasiku terhadap objek-objek yang terdapat di dalam gambar.

Seperti sekarang ini, aku menulis sambil sesekali melirik foto kesukaanku yaitu foto aku bersama dua belas sepupuku yang lain. Bentuknya yang persegi panjang dengan dibalut frame berwarna hitam, aku menaruhnya dengan apik di atas meja belajarku. Walaupun ia bukanlah satu-satunya foto disana, tapi foto yang kunamai “The Bachruddins” ini adalah foto yang paling sering aku perhatikan, terutama ketika aku sedang belajar atau bahkan ketika aku sedang malas. Karena buatku, foto ini bukan cuma sekedar foto, tapi juga sebagai motivasi agar aku tetap semangat belajar. Setiap melihat dan memperhatikan wajah sepupuku satu persatu di foto, bukan hanya kerinduan untuk bertemu, akan tetapi hasrat ‘aku harus menjadi seperti mereka’ juga ikut timbul. Merekalah sumber motivasi dan inspirasiku sekaligus. Maka dari itu aku menaruhnya di atas meja belajar dengan posisi yang menurutku paling strategis untuk dilihat. Dan jika kamu heran mengapa hal ini bisa terjadi, aku akan menjawab, inilah the magic of pictures. Sama seperti yang aku katakan sebelumnya, foto bukanlah benda bisu, dia terus bercerita dan membuatku teringat momen-momen seru serta pesan yang mereka sampaikan. Let me tell you how the picture works!

Sebelum aku menjabarkan khayalanku dengan foto The Bachruddins, ada baiknya aku memperkenalkan siapa itu The Bachruddins terlebih dahulu. Sebenarnya nama Bachruddin adalah nama kakek yang baiknya luar biasa dan selalu perhatian ke semua keluarganya. Nasehat-nasehat beliau bagaikan penyejuk di tanah yang gersang. Mungkin karena kebiasaan beliau itulah, kami sebagai generus penerusnya juga ikut saling mengingatkan satu sama lain. Bahkan sampai beliau meninggal dunia, pesan-pesan beliau agar kami tak pernah bosan belajar terus terekam di kepala kami. Beliau juga mengingatkan kami untuk terus menyanyangi keluarga. Maka dari itu, kebiasaan beliau dalam menasehati kami sudah seperti sebuah tradisi turun temurun. Tak memandang umur, entah itu lebih tua atau lebih muda, apabila ia salah dan butuh support, kami pasti saling membantu dan mengingatkan. Itulah mengapa kami merasa saling dekat satu sama lain. Meskipun sebenarnya, kami saling bersaing di dalam prestasi.

Salah satu sepupu favoritku bernama Michael Angga, atau sering disapa dengan panggilan Mas Miki. Perawakannya yang tinggi dengan perut buncit adalah salah satu kakak sepupuku yang paling bawel nan kejam dalam setiap wejangannya. Ia memberikan pengaruh banyak dalam studiku. Ia sering melontarkan kata-kata ‘pedas’ ketika menasehati sepupu-sepupunya. Tapi anehnya, tidak ada yang marah atau tersinggung dengan ucapannya. Justru ucapannya yang pedas itulah yang membuat kita semakin semangat belajar. Di mataku, Mas Miki sangatlah cerdas, pekerja keras, dan sangat ambisius. Ibarat film Harry Potter, karakteristik Mas Miki hampir sama seperti peran Draco Malfoy, musuh Harry potter. Meskipun begitu, aku tetap salut karena ketika ia sudah menginginkan sesuatu, ia akan berusaha setengah mati meraihnya tanpa menyerah. Pastinya untuk di jalan yang benar. Bisa dibuktikan dengan prestasi Mas Miki ketika dulu menjalani studi S1-nya di Universitas Trisakti jurusan Financial Management dan lulus cumlaud dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,8. Lalu tak lama selang kelulusannya, ia melanjutkan studi S2 General Management di Indiana University, Amerika dengan predikat cumlaud. Setelah itu Mas Miki kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai manajer di Citibank, namun pada tahun 2010 ia resign dan sekarang kembali bekerja di Cigna Co.

Mas Miki sering berkata padaku bahwa ‘hidup ini sangat luas dan penuh kompetisi’. Apalagi kita hidup di negara berkembang yang masih tertinggal jauh dari negara-negara maju lainnya. Maka dari itu kita harus buka mata lebar-lebar dan terus berlari mengejar ketertinggalan itu secara perlahan. Toh dengan semangat dan optimis kita bisa menjadi yang terbaik.

Jujur, semakin dewasa, 70% cara pandangku dalam menjalani hidup adalah akibat pengaruh dari ucapan-ucapannya. Karena dia aku semangat mengejar cita-cita setinggi mungkin, dan karena dia pula aku sadar bahwa aku masih sangat ‘kecil’ di dunia ini. Aku bukan siapa-siapa kalau aku terus malas, pesimis, dan tidak berlari mengejar ketertinggalan ini. Pikiranku juga masih sangat sempit, karyaku masih sedikit, dan aku belum sepenuhnya berguna bagi orang-orang di sekitarku.

Sebenarnya kata-kata seperti ‘ZERO TO HERO’, ‘NOBODY TO SOMEBODY’, ‘NOTHING TO SOMETHING’ bukan hanya keluar dari mulut Mas Miki saja, melainkan dari sepupu-sepupuku yang lain juga berkata seperti itu. Bahkan salah satu sepupu perempuanku yang bernama Clara pernah memberikan aku satu strategi belajar yang menurutku cukup unik dan masih terekam jelas di dalam ingatanku hingga kini. Ia berkata bahwa ada tiga hal sederhana yang perlu diperhatikan agar kita bisa sukses di dunia perkuliahan, yaitu perbanyak makan, rajin pinjam catatan teman, dan dekati dosen. Ketika itu aku hanya bisa tertawa mendengarnya karena menurutku mencapai Indeks Prestasi (IP) tinggi di perkuliahan tidak semudah yang ia ucapkan. Namun Clara kembali meyakinkan bahwa jangan pernah meremehkan tiga hal penting tadi, dan ternyata benar. Ketika aku menerapkannya secara langsung, ternyata mendapatkan IP yang sesuai harapan tidak sesulit yang dibayangkan apabila kita yakin, semangat untuk belajar, rajin sharing dengan teman, jaga kesehatan dengan tidak melupakan makan, pintar mengatur strategi, dan yang terakhir, jangan ragu-ragu unjuk gigi di depan dosen dengan memperlihatkan kemampuan yang kita punya.
Yap, begitulah bagaimana sebuah foto bisa mempengaruhi semangat belajarku dan membuat aku sangat terobsesi untuk merealisasikan semua cita-citaku. Padahal hanya dari melihat foto, benda tipis yang bisa kita buang kapan saja, dimana saja, dan bisa terlempar jika angin datang, ia dapat mempengaruhi kehidupan kita lewat romantisme yang ia tampakkan. See, I told you that’s all the magic of pictures!

No comments:

Post a Comment