Dec 3, 2011

Aku, Spesiesku, dan Bumi

Ditulis Oleh : Muammar Khadafi

Tabung, berisi cairan, dan kulit yang terbuat dari plastik. Panggil aku Mr. B. Seringkali aku digunakan untuk membantu manusia ketika dehidrasi sedang melanda. Aku sangat berterima kasih dengan partnerku yang bernama ‘air’. Karena, berkat ialah aku bisa sering berinteraksi dengan manusia. Suatu hal yang sangat tabu ketika benda mati sepertiku bisa berkomunikasi dengan makhluk hidup.

Hari ini tanggal 3 Desember 2011, aku bersama teman – teman yang sejenis denganku sedang nongkrong di salah satu kedai. Bajuku berwarna biru, sedangkan temanku ada yang memakai baju berwarna putih dan topi berwarna biru serta kulitnya yang bersisik seperti ular, dan satunya lagi baju berwarna kuning dengan rambut kuningnya. Hari ini aku sangat senang karena aku bisa bermain tidak hanya dengan teman sejenisku, namun bersama kawan benda mati lain nya.
Namun, di sisi lain aku sangat iri dengan teman sejenisku ini. ‘air’ nya teman – temanku sudah habis diminum oleh makhluk hidup di sekitarku untuk. Sedangkan aku? Masih berada di leher. Apa boleh buat, aku harus tidak boleh iri dengan mereka karena mereka teman – temanku. Mungkin ada pertimbangan tertentu dari si makhluk hidup ini ketika mereka tidak memilihku. Mungkin karena aku diletakkan di tengah – tengah (seakan – akan aku dijadikan sebagai rajanya), atau mungkin karena aku yang paling tinggi dibanding yang lain, atau jangan – jangan karena aku dimiliki oleh seorang manusia yang dihormati statusnya. Pusing  juga ya mikirin nya, hehehehe. Risih juga sih, kalo si ‘air’ ini selalu menggeliting leherku dengan goyangan – goyangan erotisnya yang disebabkan oleh getaran manusia ketika mereka sedang bergerak. Gerakan ini selalu menyentuh kawanku yang paling besar. Ia digunakan sebagai tempat untuk menaruh kawan – kawan benda matiku yang lain. Sebut saja kawanku ini ‘meja’. Seandainya si ‘meja’ memiliki kaki 16, mungkin ‘air’ tidak akan bisa menggelitikku lagi.

Eh, eh, kabar bagus. Aku digunakan looh. Aku digunakan oleh pemilik dari temanku si kuning. Horeee senagnya, akhirnya si ‘air’ tidak menggelitik leherku lagi. Tapi sekarang malah menggeliat di dadaku. Hemm,, siang hari yang mendung ini mungkin teman – temanku yang berada di luar sana tidak dipakai secara efektif. Biasanya sih spesiesku ini digunakan ketika cuaca sedang panas. Kalo bahasa manusia nya itu “kalo neraka lagi bocor”.

Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki hasil minyak bumi tertinggi di dunia. Aku dan teman – teman satu spesiesku yang berada di sekitarku ini terbuat dari plastik. Ironis memang ketika pembuatan aku ini ternyata malah bikin global warming. Mengapa aku bisa berpendapat seperti itu, karena plastik sendiri terbuat dari minyak bumi, atau bisa juga dari pohon yang membusuk. Jika pembuatan spesiesku ini terus diberlakukan, otomatis hasil minyak bumi akan selalu diambil, diambi, dan diambil. Bahkan ada juga yang sengaja untuk membusukkan pohon. Jika seperti itu, otomatis pemanasan global akan selalu bertambah. Khususnya di Indonesia. Aduh, aku bingung sendiri nih jadinya. Soalnya, aku berharap agar spesiesku itu bertambah. Namun, apakah harapan aku ini salah ketika ternyata proses pembuatan spesiesku ini justru malah membuat dunia semakin kacau. Apakah salah jika aku menyalahkan dunia? Seandainya saja aku beserta spesiesku itu bisa seperti makhluk hidup yang bisa mereproduksi dan berkembang biak.

Oh iya, aku berterima kasih kepada seorang manusia bernama Muammar Khadafi. Karena ia telah merepresentasikan semua unek – unek yang ada di pikiranku.

9 comments:

  1. wooy dafeeh! numpang komen yak hehehe :D
    ng..menurut gue, tulisan lo terlalu banyak pengulangan kata, jadi terlihat kurang efektif, dan lo menceritakan si objeknya ini jadinya muter-muter.
    tapi bagus kok daf, tulisan lo beda dari yang lain hehe. kreatif :D

    ReplyDelete
  2. di paragraf ketiga : "Apa boleh buat, aku harus tidak boleh iri dengan mereka karena mereka teman – temanku"
    harusnya : aku tidak boleh iri. gitu .

    hahahaha ini menurut guee daf :p hihi

    ReplyDelete
  3. Hello Dafi and Mr. B

    Sebenarnya sih gaya dan jalan tulisannya udah asyik dan lumayan teratur, TAPI pendeskripsian lo terhadap si botol itu masih rada 'ngena' di gue. Over all sih baguslaaah, walaupun ada yang 'krik krik' hihihihi.

    Xoxo.

    ReplyDelete
  4. berarti kalo kayak gitu, sama kayak tulisan lo dong kalo gitu caranya. soalnya deskripsi lo ke botol cuma dari postur tubuh nya doang

    ReplyDelete
  5. punya dafi agak aneh gw bacanya..
    entah karena elo yg menggambarkan si botol ini terlalu "hidup" dg segala kehidupannya. atau gwnya yg lagi ga fokus makanya jadi ga enjoy.

    gw juga agak bingung mencerna tulisan lo.
    kenaapa ya??

    ReplyDelete
  6. ahahahaha coba dibaca lagi lia. soalnya gue setuju sama komen lo yang "menggambarkan si botol ini hidup"

    ReplyDelete
  7. Imajinasimu liar banget, sampe ke plastik dan minyak bumi juga. bukannya berimajinasi itu salah, tapi sore ini fokusnya ke botol dan lingkungan di sekitar botol.

    tampilan fisik botol tidak banyak kamu singgung, padahal tujuan kita hari ini adalah menggunakan indra untuk menangkap realita, menerima realitas sebagai informasi 'mentah'. Mengapa harus menerima realitas sebagai informasi 'mentah'? Karena sebelum kita menggunakan rasio (akal) sebagai alat analisis, pertama-tama yang harus kita pelajari adalah bagaimana menangkap fakta dengan 'sejernih' mungkin, supaya kita tidak menjadi orang yang berbicara hanya dengan spekulasi.

    ReplyDelete
  8. oke mas mas mas,, siplah tapi bukan nya imajinasi yang aku pake itu tetep satu tujuan dibotol nya ya?

    ReplyDelete